Mengatasi Ketidakseimbangan Dalam Rumah Tangga - Jika dalam rumah tangga ada ketidakseimbangan, apa yang dapat Anda lakukan? Dengan jujur tanyakan diri Anda untuk menciptakan dinamika kekuasaan saat ini. Banyak suami dan juga para istri berfikir bahwa pria ditakdirkan untuk bertanggungjawab dalam beberapa perkawinan, suami yang tidak berusaha mendapatkan kendali, itu malah diberikan kepada mereka.
Jika Anda telah membiarkan suami untuk mengambil semua keputusan mengenai keuangan keluarga atau kapan untuk bercinta, inilah saatnya untuk mulai menjadi partisipan yang setara. Dan ingat, tidak adil untuk memandang ia sebagai orang jahat jika Anda tidak membiarkan ia tahu apa yang mengganggu di dalam benak Anda.
Tentu saja, wanita tidak selalu menjadi pasangan dengan kekuasaan yang lebih kecil. Sejumlah hasil studi dan dari pengamatan Gerard sendiri, belakangan ini, wanita cenderung menjadi pemegang inisiatif dalam hubungan suami-istri. Sedangkan, pasangannya menjadi makin pasif. Akibatnya, para pria merasa dikendalikan dan wanita merasa marah dan harus menjadi bos di rumah sepanjang waktu. Jelas, hubungan semacam ini tidak sehat. Nah, jika Anda merasa lelah karena harus selalu menjadi yang bertanggungjawab, bicaralah dari hati ke hati.
Jangan coba untuk menghitung dan membagi kekuasaan, seperti halnya ANda lakukan dengan bon restoran. Putuskan aspek-aspek mana dari hubungan yang benar-benar membuat Anda merasa mempunyai keunggulan. Daripada Anda menyerahkan semua hal kecil-kecil yang nantinya menimbulkan ketidaksetaraan.
Sebagai contoh, Wina senang bekerja di kebun; suaminya, peter, tidak demikian. Tentu bodoh bagi mereka untuk membagi tugas ini atas dasar membagi bersama segala sesuatu harus sama rata. Yang perlu dilakukan adalah suami-istri mampu melakukan tanggungjawabnya masing-masih.
Jika memang Anda ingin meminta bantuan sang suami/istri, mintalah dengan cara mengasihi. Biarlah pasangan tahu, kalau Anda tidak menyalahkan dia untuk sesuatu yang Anda berdua telah sepakati. Paling tidak, secara diam-diam. Berbicaralah tentang bagaimana perasaan Anda dan bukan tentang apa yang telah dilakukannya. Jika Anda mengatakan, "kamu selalu mengambil tanggungjawab," maka ia cenderung membela diri. Jika Anda menjelaskan, "saya merasa tidak berdaya," ia mungkin akan jauh lebih menerima untuk suatu perubahan.
Setelah Anda membuka diskusi siapkan saran-saran: "Saya ingin mendapatkan lebih katakanlah bagaimana kita dalam membelanjakan uang; saya ingin kamu membantu mendisiplinkan anak. Saya mencintai dan menghargai dan ingin mendengar pendapatmu tentang kemana kita pergi selama liburan."
Akhirnya, bersedialah untuk mendengarkan kepadanya. Setelah Anda mulai menyelidiki dinamika kekuasaan dalam hubungan suami-istri, Anda dapat memastikan ntuk mendengar mengenai hal-hal yang ia inginkan berubah.
Mengubah pola lama memerlukan kesabaran dan waktu. Tetapi, upaya-upaya yang Anda lakukan untuk mendapatkan hubungan yang seimbang akan sangat berharga sekali. Bila Anda dan dia akhirnya berhenti bertengkar untuk mendapatkan jalan keluar, Anda dapat mulai bekerja ke arah yang terbaik bagi Anda berdua.
Penulis: Hrm/SD
Jika Anda telah membiarkan suami untuk mengambil semua keputusan mengenai keuangan keluarga atau kapan untuk bercinta, inilah saatnya untuk mulai menjadi partisipan yang setara. Dan ingat, tidak adil untuk memandang ia sebagai orang jahat jika Anda tidak membiarkan ia tahu apa yang mengganggu di dalam benak Anda.
Tentu saja, wanita tidak selalu menjadi pasangan dengan kekuasaan yang lebih kecil. Sejumlah hasil studi dan dari pengamatan Gerard sendiri, belakangan ini, wanita cenderung menjadi pemegang inisiatif dalam hubungan suami-istri. Sedangkan, pasangannya menjadi makin pasif. Akibatnya, para pria merasa dikendalikan dan wanita merasa marah dan harus menjadi bos di rumah sepanjang waktu. Jelas, hubungan semacam ini tidak sehat. Nah, jika Anda merasa lelah karena harus selalu menjadi yang bertanggungjawab, bicaralah dari hati ke hati.
Jangan coba untuk menghitung dan membagi kekuasaan, seperti halnya ANda lakukan dengan bon restoran. Putuskan aspek-aspek mana dari hubungan yang benar-benar membuat Anda merasa mempunyai keunggulan. Daripada Anda menyerahkan semua hal kecil-kecil yang nantinya menimbulkan ketidaksetaraan.
Sebagai contoh, Wina senang bekerja di kebun; suaminya, peter, tidak demikian. Tentu bodoh bagi mereka untuk membagi tugas ini atas dasar membagi bersama segala sesuatu harus sama rata. Yang perlu dilakukan adalah suami-istri mampu melakukan tanggungjawabnya masing-masih.
Jika memang Anda ingin meminta bantuan sang suami/istri, mintalah dengan cara mengasihi. Biarlah pasangan tahu, kalau Anda tidak menyalahkan dia untuk sesuatu yang Anda berdua telah sepakati. Paling tidak, secara diam-diam. Berbicaralah tentang bagaimana perasaan Anda dan bukan tentang apa yang telah dilakukannya. Jika Anda mengatakan, "kamu selalu mengambil tanggungjawab," maka ia cenderung membela diri. Jika Anda menjelaskan, "saya merasa tidak berdaya," ia mungkin akan jauh lebih menerima untuk suatu perubahan.
Setelah Anda membuka diskusi siapkan saran-saran: "Saya ingin mendapatkan lebih katakanlah bagaimana kita dalam membelanjakan uang; saya ingin kamu membantu mendisiplinkan anak. Saya mencintai dan menghargai dan ingin mendengar pendapatmu tentang kemana kita pergi selama liburan."
Akhirnya, bersedialah untuk mendengarkan kepadanya. Setelah Anda mulai menyelidiki dinamika kekuasaan dalam hubungan suami-istri, Anda dapat memastikan ntuk mendengar mengenai hal-hal yang ia inginkan berubah.
Mengubah pola lama memerlukan kesabaran dan waktu. Tetapi, upaya-upaya yang Anda lakukan untuk mendapatkan hubungan yang seimbang akan sangat berharga sekali. Bila Anda dan dia akhirnya berhenti bertengkar untuk mendapatkan jalan keluar, Anda dapat mulai bekerja ke arah yang terbaik bagi Anda berdua.
Penulis: Hrm/SD