Yang satu ini sering terlewat oleh kita. Mungkin, itu karena tidak kasat mata. Sedang, gangguan tubuh dapat terlihat dan dirasakan. Nah, bila Anda ingin tahu dimana letak biang keladinya, simak saja uraian berikut.
Titiek Puspa, pernah membagi pengalaman hidupnya bagi para peserta seminar. Sewaktu suami tercinta, Mus Mualim, meninggal dunia, Titiek sangat terpukul. Orang yang dikasihi, teman hidup, dan tempat ia mengadu dan bercanda sudah tiada.
Setiap detik seakan pikirannya tak pernah mau pergi dari kesedihan yang mendalam ini. Aliran sungai airmata di pipi selalu saja hadir. Dan, selama itu pulalah, pikirannya terus diwarnai dengan awan kelabu.
"Dunia ini sudah tak punya arti. Saya sudah tidak tahu harus berbuat apalagi. Yang ada hanya kesedihan, kemurungan, kedukaan yang mendalam. Seakan, dunia ini sudah tak berpenghuni lagi dan saya cuma sendirian," ungkapnya.
Bersamaan dengan itu, kehidupan Titiek pun ikut terganggu. Jam tidur tidak jelas. Begitu juga, nafsu makannya yang sirna dan tak berselera dan, tubuhnya pun ikut menjadi lemah.
Yang membuat dirinya terkejut adalah kehadiran benjolan-benjolan besar di wajah, yang dahulunya sangat mulus dan kenyal itu. "Derita itu berlangsung satu tahun. Setelah itu, saya seperti terbangun dari tidur. Rupanya, saya terbelenggu oleh gangguan pikiran-pikiran itu," urainya lagi.
Beruntunglah, Titiek segera sadar, Ia berusaha untuk memahami semuanya itu. Juga. kenyataan pahit itu mulai disadari sebagai garis yang telah diatur oleh Tuhan. Perlahan tetapi pasti, akhirnya Titiek mampu mengusir deraan pikiran yang menyiksa itu.
Titiek juga mulai mau mengurus tubuh dan kesehatannya. "Alhamdulillah, kehidupan saya pun kembali normal dan benjolan-benjolan itu pun sirna dan mengembalikan keayuan dan kecantikan saya. Masih cantik kan ?! ujarnya sambil tertawa genit.
"Tetapi, setelah siksaan pikiran itu mereda, gangguan kesehatan pun hilang. Pikiran itu sendiri berasal dari otak. Jadi, yang lebih tepat otaknya yang terganggu dan bukan pikirannya. Tetapi, banyak orang yang salah kaprah," tutur pakar Kesehatan Jiwa, Dr.H. Yul Iskandar DAJ, MBAP, MASKS, PhD.
Semisal, Yul memberikan contoh, Anda pergi rekreasi, berolahraga, atau melakukan rileksasi, yang katanya, untuk menenangkan pikiran dari stres atau kepenatan.
Sebenarnya, otak Anda yang sedang diperbaiki. Karena olahraga, oksigen yang menuju otak jadi lancar. Otak pun menjadi sehat. Karena otaknya sehat, pikiran jadi sehat. Kalau otak terganggu, maka pikiran pun terganggu.
“Pikiran itu sendiri adalah keadaan kejiwaan seseorang. Dalam kasus seperti Titiek Puspa, itu bukan jiwanya yang terganggu, melainkan otaknya. Kalau otak terganggu, itu akan terpengaruh pada tubuh. Sebab, otaklah yang mengatur segala fungsi tubuh," ujarnya lagi.
Itu mulai dari tingkah laku, kecerdasan, emosi, dan sebagainya. Semua fungsi-fungsi otak itu tersimpan di dalam otak. Otak sendiri terbagi menjadi dua belahan, kiri dan kanan. Kedua belahan otak itu memiliki sejumlah fungsinya masing-masing. Otak memang sebuah misteri dan cara ahli terus berusaha membuka tabir ini," jelas Yul lebih lanjut.
Sering kita mendengar ungkapan bahwa di dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang sehat. Itu, menurut Yul, agak kurang tepat. la lebih merasa cocok bila dikatakan bahwa di dalam otak yang sehat terdapat jiwa dan tubuh yang sehat.
Sebab, orang yang mengalami trauma di kepala dan otaknya terganggu bisa kehilangan memori atau ingatannya sama sekali. Atau, tiba-tiba, dia menjadi jahat dan pembunuh. Lalu, ada orang yang suka menipu, orang yang soleh, dan sebagainya. "Itu ulahnya otak dan sebagian besar masih tetap misteri," urainya lagi.
Seperti di dalam kasus Titiek Puspa, bukan jiwa atau pikirannya yang terganggu. Tetapi, itu disebabkan oleh otaknya yang terganggu. Karena otaknya terganggu, jelas beberapa atau mungkin seluruh fungsi jadi terganggu. Karena terganggu, fungsi tubuh pun kemudian jadi ikut terganggu, dengan segala manifestasinya.
Menurut Yul, penyebab otak bisa sampai terganggu dipengaruhi oleh tingkah laku, emosi, dan cara berpikir seseorang, yang merupakan ungkapan dari jiwanya. Kalau, tingkah laku, emosi, dan cara berpikir Anda tidak sehat, maka Anda akan dikatakan menderita gangguan mental.
"Yang menjadi masalah, banyak orang tidak sanggup menjaga kesehatan mentalnya. Akibatnya, dia mudah didera penyakit atau menjadi lebih susah untuk memperoleh kesembuhan," ungkap Yul lebih lanjut.
Yul mengungkapkan bahwa setiap penyakit fisik selalu dibarengi dengan unsur-unsur gangguan mental, yaitu: tingkah laku, emosi, dan proses pikir. Ketiga unsur tadi ikut berperan dalam mempercepat kesembuhan atau malah memperberat kondisi penyakit itu.
Sebagai contoh bila Anda kena flu. Kalau emosi Anda pesimis atau labil dan pikiran mengatakan bahwa Anda sedang sakit, maka tingkah laku Anda berupa orang yang loyo dan seakan tak berdaya. Akibatnya, penyakit jadi sulit sembuh meski sudah diminum obat.
Contoh lain bagaimana kesehatan mental menyebabkan munculnya gangguan fisik, oleh Yul diberikan contoh sederhana hadirnya gangguan maag (kantong nasi), yang mungkin Anda adalah seorang penderitanya.
Metabolisme di dalam tubuh diatur oleh otak. Hanya karena kecemasan, emosi yang berlebihan, dan sebagainya, tugas otak yang akan memerintah lambung untuk menjalankan tugasnya secara baik jadi ikut terganggu. Karena gangguan dan rangsangan yang berlebihan, perintah yang dikirim oleh pengawas di otak tadi jadi tidak beres. Tidak ada makanan yang harus dicerna lambung, tetapi sang pengawas tadi menugaskan lambung memproduksi asam lambung yang berlebihan.
"Pesan-pesan yang disampaikan ke bagian tubuh lain pun ikut terganggu. Akibatnya, jantung ikut berdebar, otot menjadi kaku, dan sebagainya," ungkapnya.
Kesulitan itu terjadi karena kita tidak tahu bagaimana prosesnya. Walau. banyak orang membahas cara mengatasi stres, tetapi sebenarnya tidak ada satu orang pun yang tahu bagaimana cara mencegah stres. Sebab, prosesnya rumit dan yang diketahui manusia masih sedikit. "Selain itu, semuanya begitu kompleks dan sudah menyatu dengan diri kita."
Misalnya, ungkap Yul, banyak orang yang berolahraga untuk mengatasi stres. Tetapi tidak juga merasa membaik, Jadi upaya pencegahan hanya bersifat kemungkinan saja. Karena, ada orang yang menjadi sehat atau malah jadi sakit setelah berolahraga atau melakukan kegiatan rileksasi lainnya.
Tetapi, lanjut Yul, itu bukan berarti tidak ada jalan keluarnya. Supaya manifestasi jiwa dapat mendukung kesehatan fisik, semuanya harus dilakukan secara selaras. Caranya, jangan terlalu mengukung atau melepas emosi sekehendak hati.
Kedua hal ini sama-sama akan mempengaruhi tubuh dan menciptakan rangsangan-rangsangan yang berlebihan. Akibatnya, gangguan kesehatan pun akan muncul, mulai dari yang ringan sampai yang berat. Semisal, sakit maag tadi.
Selaras itu sendiri, menurut Yul, berarti dapat diterima oleh diri sendiri dan lingkungan sekitar. Jadi, Anda tidak perlu meletup-letup atau pesimis. Dengan pola hidup selaras ini, maka fungsi-fungsi otak akan berjalan normal. Tubuh pun akan tetap sehat. Sebab, tubuh tidak akan mendapat perintah-perintah yang menyeleweng dari otak.
Jadi, akhirnya, mudah sakit atau sehatnya Anda ditentukan oleh kemampuan diri dalam menciptakan keselarasan dalam hidup ini. Sebenarnya, itu terdengar mudah. Tetapi, pelaksanaannya tidak mudah. Nah, sekarang, Anda tinggal pilih. Mau sakit atau sehat?!
Penulis: Sem LG
Titiek Puspa, pernah membagi pengalaman hidupnya bagi para peserta seminar. Sewaktu suami tercinta, Mus Mualim, meninggal dunia, Titiek sangat terpukul. Orang yang dikasihi, teman hidup, dan tempat ia mengadu dan bercanda sudah tiada.
Setiap detik seakan pikirannya tak pernah mau pergi dari kesedihan yang mendalam ini. Aliran sungai airmata di pipi selalu saja hadir. Dan, selama itu pulalah, pikirannya terus diwarnai dengan awan kelabu.
"Dunia ini sudah tak punya arti. Saya sudah tidak tahu harus berbuat apalagi. Yang ada hanya kesedihan, kemurungan, kedukaan yang mendalam. Seakan, dunia ini sudah tak berpenghuni lagi dan saya cuma sendirian," ungkapnya.
Bersamaan dengan itu, kehidupan Titiek pun ikut terganggu. Jam tidur tidak jelas. Begitu juga, nafsu makannya yang sirna dan tak berselera dan, tubuhnya pun ikut menjadi lemah.
Yang membuat dirinya terkejut adalah kehadiran benjolan-benjolan besar di wajah, yang dahulunya sangat mulus dan kenyal itu. "Derita itu berlangsung satu tahun. Setelah itu, saya seperti terbangun dari tidur. Rupanya, saya terbelenggu oleh gangguan pikiran-pikiran itu," urainya lagi.
Beruntunglah, Titiek segera sadar, Ia berusaha untuk memahami semuanya itu. Juga. kenyataan pahit itu mulai disadari sebagai garis yang telah diatur oleh Tuhan. Perlahan tetapi pasti, akhirnya Titiek mampu mengusir deraan pikiran yang menyiksa itu.
Titiek juga mulai mau mengurus tubuh dan kesehatannya. "Alhamdulillah, kehidupan saya pun kembali normal dan benjolan-benjolan itu pun sirna dan mengembalikan keayuan dan kecantikan saya. Masih cantik kan ?! ujarnya sambil tertawa genit.
Segala Jenis Penyakit Berawal Di Otak
Mungkin, Anda adalah salah satu korban deraan pikiran seperti yang diungkapkan Titiek. Gangguan fisik yang dideritanya sendiri memang tidak sama. Ada yang disiksa dalam bentuk jantung berdebar-debar, sariawan, kudis, atau luka borok."Tetapi, setelah siksaan pikiran itu mereda, gangguan kesehatan pun hilang. Pikiran itu sendiri berasal dari otak. Jadi, yang lebih tepat otaknya yang terganggu dan bukan pikirannya. Tetapi, banyak orang yang salah kaprah," tutur pakar Kesehatan Jiwa, Dr.H. Yul Iskandar DAJ, MBAP, MASKS, PhD.
Semisal, Yul memberikan contoh, Anda pergi rekreasi, berolahraga, atau melakukan rileksasi, yang katanya, untuk menenangkan pikiran dari stres atau kepenatan.
Sebenarnya, otak Anda yang sedang diperbaiki. Karena olahraga, oksigen yang menuju otak jadi lancar. Otak pun menjadi sehat. Karena otaknya sehat, pikiran jadi sehat. Kalau otak terganggu, maka pikiran pun terganggu.
“Pikiran itu sendiri adalah keadaan kejiwaan seseorang. Dalam kasus seperti Titiek Puspa, itu bukan jiwanya yang terganggu, melainkan otaknya. Kalau otak terganggu, itu akan terpengaruh pada tubuh. Sebab, otaklah yang mengatur segala fungsi tubuh," ujarnya lagi.
Itu mulai dari tingkah laku, kecerdasan, emosi, dan sebagainya. Semua fungsi-fungsi otak itu tersimpan di dalam otak. Otak sendiri terbagi menjadi dua belahan, kiri dan kanan. Kedua belahan otak itu memiliki sejumlah fungsinya masing-masing. Otak memang sebuah misteri dan cara ahli terus berusaha membuka tabir ini," jelas Yul lebih lanjut.
Sering kita mendengar ungkapan bahwa di dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang sehat. Itu, menurut Yul, agak kurang tepat. la lebih merasa cocok bila dikatakan bahwa di dalam otak yang sehat terdapat jiwa dan tubuh yang sehat.
Sebab, orang yang mengalami trauma di kepala dan otaknya terganggu bisa kehilangan memori atau ingatannya sama sekali. Atau, tiba-tiba, dia menjadi jahat dan pembunuh. Lalu, ada orang yang suka menipu, orang yang soleh, dan sebagainya. "Itu ulahnya otak dan sebagian besar masih tetap misteri," urainya lagi.
Seperti di dalam kasus Titiek Puspa, bukan jiwa atau pikirannya yang terganggu. Tetapi, itu disebabkan oleh otaknya yang terganggu. Karena otaknya terganggu, jelas beberapa atau mungkin seluruh fungsi jadi terganggu. Karena terganggu, fungsi tubuh pun kemudian jadi ikut terganggu, dengan segala manifestasinya.
Menurut Yul, penyebab otak bisa sampai terganggu dipengaruhi oleh tingkah laku, emosi, dan cara berpikir seseorang, yang merupakan ungkapan dari jiwanya. Kalau, tingkah laku, emosi, dan cara berpikir Anda tidak sehat, maka Anda akan dikatakan menderita gangguan mental.
"Yang menjadi masalah, banyak orang tidak sanggup menjaga kesehatan mentalnya. Akibatnya, dia mudah didera penyakit atau menjadi lebih susah untuk memperoleh kesembuhan," ungkap Yul lebih lanjut.
Yul mengungkapkan bahwa setiap penyakit fisik selalu dibarengi dengan unsur-unsur gangguan mental, yaitu: tingkah laku, emosi, dan proses pikir. Ketiga unsur tadi ikut berperan dalam mempercepat kesembuhan atau malah memperberat kondisi penyakit itu.
Sebagai contoh bila Anda kena flu. Kalau emosi Anda pesimis atau labil dan pikiran mengatakan bahwa Anda sedang sakit, maka tingkah laku Anda berupa orang yang loyo dan seakan tak berdaya. Akibatnya, penyakit jadi sulit sembuh meski sudah diminum obat.
Contoh lain bagaimana kesehatan mental menyebabkan munculnya gangguan fisik, oleh Yul diberikan contoh sederhana hadirnya gangguan maag (kantong nasi), yang mungkin Anda adalah seorang penderitanya.
Metabolisme di dalam tubuh diatur oleh otak. Hanya karena kecemasan, emosi yang berlebihan, dan sebagainya, tugas otak yang akan memerintah lambung untuk menjalankan tugasnya secara baik jadi ikut terganggu. Karena gangguan dan rangsangan yang berlebihan, perintah yang dikirim oleh pengawas di otak tadi jadi tidak beres. Tidak ada makanan yang harus dicerna lambung, tetapi sang pengawas tadi menugaskan lambung memproduksi asam lambung yang berlebihan.
"Pesan-pesan yang disampaikan ke bagian tubuh lain pun ikut terganggu. Akibatnya, jantung ikut berdebar, otot menjadi kaku, dan sebagainya," ungkapnya.
Keselarasan
Supaya hidup ini mendapat kesehatan yang baik, maka kesehatan mental (manifestassi jiwa) itu harus dioptimalkan. "Teorinya memang demikian, tapi melakukannya termasuk hal yang sulit, karena tidak sama dengan seperti kita membasmi nyamuk agar terhindar dari demam berdarah.Kesulitan itu terjadi karena kita tidak tahu bagaimana prosesnya. Walau. banyak orang membahas cara mengatasi stres, tetapi sebenarnya tidak ada satu orang pun yang tahu bagaimana cara mencegah stres. Sebab, prosesnya rumit dan yang diketahui manusia masih sedikit. "Selain itu, semuanya begitu kompleks dan sudah menyatu dengan diri kita."
Misalnya, ungkap Yul, banyak orang yang berolahraga untuk mengatasi stres. Tetapi tidak juga merasa membaik, Jadi upaya pencegahan hanya bersifat kemungkinan saja. Karena, ada orang yang menjadi sehat atau malah jadi sakit setelah berolahraga atau melakukan kegiatan rileksasi lainnya.
Tetapi, lanjut Yul, itu bukan berarti tidak ada jalan keluarnya. Supaya manifestasi jiwa dapat mendukung kesehatan fisik, semuanya harus dilakukan secara selaras. Caranya, jangan terlalu mengukung atau melepas emosi sekehendak hati.
Kedua hal ini sama-sama akan mempengaruhi tubuh dan menciptakan rangsangan-rangsangan yang berlebihan. Akibatnya, gangguan kesehatan pun akan muncul, mulai dari yang ringan sampai yang berat. Semisal, sakit maag tadi.
Selaras itu sendiri, menurut Yul, berarti dapat diterima oleh diri sendiri dan lingkungan sekitar. Jadi, Anda tidak perlu meletup-letup atau pesimis. Dengan pola hidup selaras ini, maka fungsi-fungsi otak akan berjalan normal. Tubuh pun akan tetap sehat. Sebab, tubuh tidak akan mendapat perintah-perintah yang menyeleweng dari otak.
Jadi, akhirnya, mudah sakit atau sehatnya Anda ditentukan oleh kemampuan diri dalam menciptakan keselarasan dalam hidup ini. Sebenarnya, itu terdengar mudah. Tetapi, pelaksanaannya tidak mudah. Nah, sekarang, Anda tinggal pilih. Mau sakit atau sehat?!